Perilaku autis menyakiti diri sendiri adalah salah satu perilaku yang paling sering ditunjukkan oleh para penyandang spektrum autis.
Bentuk yang paling umum dari perilaku ini meliputi: head-banging, menggigit tangan, dan berlebihan ketika menggosok dan menggaruk. Ada banyak kemungkinan mengapa seseorang memiliki perilaku yang merugikan diri sendiri ini. Alasannya bisa karena biokimia tubuh sampai dengan lingkungan sosial. Tulisan ini akan membahas banyak penyebab melukai diri sendiri dan intervensi berdasarkan penyebab yang mendasarinya.
Functional Analysis
Awalnya, functional analysis harus dilakukan untuk memperoleh gambaran rinci tentang perilaku melukai diri sendiri seseorang dan untuk menentukan kemungkinan hubungan antara perilakunya dengan lingkungan fisik dan sosial (lihat Wacker, Northup & Lambert, 1997). Informasi yang diperoleh dari functional analysis harus mencakup: Siapa? Apa yang terjadi sebelum, selama dan setelah perilaku? Kapan itu terjadi? Di mana terjadinya?
Mudah-mudahan, jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini dapat membantu mengungkapkan alasan untuk perilaku.
Fokus dari functional analysis harus pada perilaku yang spesifik (misalnya, menggigit pergelangan tangan) ketimbang kategori umum perilaku (misalnya, melukai diri).
Menggabungkan beberapa jenis melukai diri menjadi satu perilaku umum mungkin membuat sulit untuk menentukan alasan yang berbeda untuk perilaku masing-masing. Sebagai contoh, jika seorang anak menggigit pergelangan tangan dan menggaruk berlebihan, mungkin ada alasan berbeda untuk perilaku masing-masing (lihat Edelson, Taubman dan Lovaas, 1983).
Menggigit pergelangan tangan mungkin reaksi terhadap frustrasi, sedangkan menggaruk berlebihan dapat menjadi cara untuk stimulasi.
Selama pengumpulan data, karakteristik menonjol dari perilaku yang merugikan diri sendiri harus dicatat, seperti, durasi, keparahan dan frekuensi. Pengumpulan data juga harus mencakup informasi tentang lingkungan seseorang baik fisik maupun sosial.
Lingkungan fisik harus meliputi: pengaturan (misalnya, ruang kelas, kantin, taman bermain), pencahayaan (cahaya alami, neon, lampu pijar), dan suara (misalnya, mesin pemotong rumput, anak lain berteriak).
Nama-nama (atau kode) setiap orang di lingkungan seseorang juga harus dicatat, seperti guru, orang tua, staf, pengunjung dan siswa. Faktor lain yang perlu dicatat adalah: waktu dan hari dalam seminggu.
Alasan Psikologis Prilaku Melukai Diri
Perilaku Autis Akibat Biokimia
Beberapa peneliti telah menggambarkan adanya tingkat neurotransmiter tertentu yang terkait dengan perilaku menyakiti diri sendiri. Beta-endorfin adalah endogenous opiate seperti zat di otak, dan melukai diri dapat meningkatkan produksi dan / atau pelepasan endorfin. Akibatnya, individu mengalami efek anestesi-seperti pura-pura tidak merasa sakit saat melakukannya (Sandman dkk., 1983). Selain itu, pelepasan endorfin dapat memberikan perasaan gembira pada individu (Herman et al, 1989).
Ujicoba pada hewan di laboratorium serta penelitian tentang pemberian obat untuk subyek manusia menunjukkan bahwa rendahnya serotonin atau tingginya dopamin berhubungan dengan perilaku melukai diri (DiChiara et al, 1971;. Mueller & Nyhan, 1982).
Dalam sebuah penelitian pada populasi cacat mental yang heterogen, Greenberg (1976) dan Coleman memberikan obat seperti reserpin dan clorpromazin untuk mengurangi kadar serotonin.
Para peneliti mengamati peningkatan dramatis dalam perilaku agresif dan melukai diri sendiri. Obat yang meningkatkan kadar dopamin, seperti amfetamin dan apomorphine telah terbukti menstimulasi individu untuk merugikan diri sendiri (Mueller & Nyhan, 1982;. Mueller et al, 1982).
Menariknya, Coleman (1994) mempelajari sekelompok anak-anak autis yang memiliki tingkat kalsium yang rendah (yaitu, hypocalciuria). Individu ini memiliki perilaku autis sering memelototkan mata. Ketika diberi suplemen kalsium, perilaku ini berkurang secara substansial. Selain itu, fungsi bahasa juga mengalami peningkatan.
Apa yang harus dilihat
Ketika perilaku melukai diri dikaitkan dengan ketidaknormalan biokimia, mungkin ada sedikit atau tidak ada hubungan sama sekali antara lingkungan fisik / sosial seseorang dengan perilaku melukai diri. Dengan demikian, perilaku ini dapat terjadi di berbagai tempat dan sekitar orang yang berbeda. Namun, perilaku melukai diri dapat terjadi lebih sering pada situasi yang tidak sesuai seperti makan, bermain, dan bekerja pada tugas.
Intervensi
Intervensi gizi dan medis dapat diimplementasikan untuk menormalkan biokimia seseorang, hal ini pada gilirannya dapat mengurangi perilaku yang parah. Meskipun obat yang sering digunakan untuk meningkatkan kadar serotonin atau untuk mengurangi tingkat dopamin, Autism Research Institute di San Diego telah menerima laporan dari ribuan orang tua yang telah memberikan putra mereka / putri vitamin B6, kalsium dan / atau DMG. Para orang tua sering mengamati penurunan dramatis, dalam beberapa kasus, perilaku melukai diri yang merugikan. Orang tua juga melaporkan adanya penurunan setelah anak mereka melakukan diet terbatas, seperti bebas gluten / kasein, atau menghilangkan makanan tertentu yang mana anak mereka menunjukkan tanda-tanda reaksi alergi.
Prilaku Autis Kejang
Prilaku Merugikan Diri juga telah dikaitkan dengan aktivitas kejang di lobus frontal dan temporal (Gedye, 1989; Gedye, 1992). Perilaku ini sering dikaitkan dengan aktivitas kejang meliputi: telinga, headbanging, menampar, menggigit tangan, memukul dagu, menggaruk wajah atau lengan, dan dalam beberapa kasus kontak lutut ke muka. Karena perilaku ini bukan atas kemauan sendiri, beberapa individu mencari jalan keluar untuk pengendalian diri misalnya, dengan mengikat lengannya. Kejang mungkin mulai terlihat, ketika anak mencapai pubertas, mungkin karena perubahan hormon dalam tubuh
Apa yang harus dilihat
Kita tidak dapat mengamati hubungan antara perilaku melukai diri sendiri atau perilaku yang tidak disadari lainnya dengan lingkungannya. Namun stress memang dapat memicu kejang-kejang. Bisa jadi ada hubungan stress dengan lingkungan. Misalnya terlalu banyak stimulasi fisik seperti pencahayaan, kebisingan atau faktor stimulasi sosial seperti teguran, tuntutan dsb. Demikian halnya dengan makanan yang juga dapat memicu kejang (Rapp, 1991).
Jika perilaku dimulai atau kian memburuk selama masa pubertas, kita juga dapat mempertimbangkan kemungkinan munculnya aktivitas kejang. Sebaiknya orang tersebut menjalani pemeriksanaan EEG.
Intervensi
Meskipun obat yang digunakan untuk mengontrol aktivitas kejang seringkali dikaitkan dengan efek samping yang merugikan, namun cukup banyak bukti DMG akan mengurangi aktivitas efek kejang tanpa efek samping negatif (Roach & Carlin, 1982).
Prilaku Autis Genetik
Perilaku merugikan diri sendiri juga umum diantara penyandang kelainan genetik seperti Lesch-Nyhan Syndrome, Fragile X Syndrome, dan Cornelia de Lange Syndrome. Kelainan ini berhubungan dengan kerusakan struktural atau disfungsi biokimia sehingga mendorong orang tersebut untuk melukai diri sendiri.
Apa yang harus dilihat
Orang syndrome Lesch-Nyhan sering menggigit area sekitar mulut dan jari-jari mereka; mereka dengan Syndrome Fragile X sering juga sering menggigit (termasuk bibir dan jari), dan mereka dengan Syndrome Cornelia de Lange sering menggigit dan memukul wajah.
Mungkin anda tertarik ini : Perubahan Iklim Terhadap Kesehatan
Intervensi
Intervensi biomedis seperti suplemen, nutrisi dan obat-obatan menjadi pilihan perawatan bagi orang dengan syndrome tersebut. Dan memungkinkan intervensi lainnya yang dibahas dalam makalah ini dapat membantu orang dengan syndrome yang disebutkan diatas. Misalnya memodifikasi perilaku untuk menghambat perilaku orang tersebut.
Gairah
Seringkali disebutkan bahwa perilaku autis yang merugikan berhubungan dengan gairah yang muncul. Para peneliti telah menemukan hubungan antara prilaku melukai diri sendiri dengan peningkatan atau penurunan gairah seseorang. Teorinya menyebutkan bahwa perilaku melukai diri sendiri ditujukan untuk melampiaskan, menurunkan atau meningkatkan gairah mereka. (Edelson, 1984; Baumeister & Hollings, 1976). Dalam hal ini, melukai diri akan dianggap sebagai bentuk ekstrem untuk perangsangan diri sendiri. Perilaku ini juga digunakan untuk melepaskan ketegangan dan atau kecemasan. Tingkat gairah yang tinggi bisa jadi disebabkan oleh disfungsi fisiologis internal atau lingkungan yang merangsangnya.
Apa yang harus dilihat
Perlu diamati pada saat orang tersebut kurang gairah, perilaku autis yang mengarah pada sikap bosan atau kegiatan merangsang. Sedangkan pada tingkat gairah yang tinggi perlu dilihat pada intervensi lingkungan seperti pencahayaan, ruang yang bising atau interaksi sosial lainnya.
Demikian artikel tentang Prilaku Autis Menyakiti Diri Sendiri. Semoga memberikan manfaat kepada kita semua.
Leave a Review